Minggu, 21 Agustus 2011

Kota Wuna Kampung Leluhur

Kubah La Posasu tenang dalam irama
senja Masjid Muna
pudar dalam guyuran kabut pagi-pagi
dalam narasi kantola selepas panen
tenggelam pada cerita-cerita Omputo
tentang beribu karang yang membisu menggantung tanda tanya
mencipta relief-relief zaman
pengulang sejarah Nyiur berbisik dalam desau angin
risih daun jati yang ranggas oleh masa
mengusik perbincangan sepasang si
Kontu Kowuna
tentang deras air bukit karang yang
dirindu dan neon redup ketika mendung
yang tak pernah terselesaikan oleh
janji Sawerigadi membisu dalam beribu
rahasia
pusara- pusara tua bernostalgia
menyanyikan rindu yang mulai menua
berkawan dalam temaram beribu
mitos yang tak pernah kami tau maknanya Pagi yang mewartakan matahari
malu-malu bergelayut dalam ramai
kabut perkampungan pinggir laut
menyesaki rumah-rumah penduduk
mendesak panorama mimpi semalam
bercerita tentang puisi-puisi malam, tentang serangga di rerumput
halaman yang mati di ujung tembilang
tantang lagu-lagu yang dikisahkan
bersama merah sirih di bibir nenek
dalam kenangan yang makin matang
di terik siang Tapak berlomba menghitung jejak
menapaki batu karang, tanah merah
penyaksi silsilah Perkampungan Kota Wuna tanah
leluhur
dalam usia yang semakin udzur
tertanam harapan pada bau basah
pepohonan
pada gunung-gunung yang ramah menyapa
kami hanya mengenangmu dalam
masa lalu * La Posasu : raja VIII Kota Muna yang
mendirikan Masjid Muna
Kantola : nyanyian khas masyarakat
Kota Wuna saat acara panenenan
Omputo : raja
kontu kowuna (bahasa muna): batu berbunga
Sawerigadi :nama pelayar Luwuk
yang kapalnya terdampar di pantai
timur laut Kota Muna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar